Medannewstv.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan jumlah simpatisan beberapa organisasi teroris di seluruh Indonesia saat ini mencapai sekitar 17 ribu orang.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwahid mengatakan belasan ribu orang itu termasuk keluarga dari beberapa jaringan teroris seperti, Jemaah Islamiyah (JI),Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
“Yang tergabung dalam jaringan teror loh ya, mulai dari JI, JAD, JAT, MIT, termasuk keluarga dan simpatisannya ada di kisaran 15-17 ribu,” kata Ahmad saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Senin (20/9).
Ahmad mengatakan pihaknya selalu memonitor jaringan teror belasan ribu orang tersebut. BNPT juga mencermati kelompok yang berpotensi melakukan tindak pidana teror dan melakukan upaya pencegahan dengan cara menyerang duluan atau preventive strike dan preventive justice.
“Itu selalu kami monitor, kami monitoring sambil kami melihat mana yang berpotensi akan melakukan aksi teror dan tindak perbuatannya sudah memenuhi unsur pidana teror,” tutur Ahmad.
“Selama ini dilakukan kan seperti itu, dia ditindak, ditangkap sebelum melakukan aksi teror,” tambahnya.
BNPT menilai kematian Ali Kalora dan satu anggota lainnya, Jaka Ramadhan pada Sabtu (18/9) lalu membuat kekuatan MIT berkurang secara signifikan.
Pasca kematian Ali Kalora, anggota MIT yang tersisa empat orang akan memilih pemimpin baru di antara mereka. Sebab, kata Ahmad, dalam konteks Islam saat terdapat dua orang pun harus ada yang menjadi pemimpin.
Adapun sosok yang ditunjuk merupakan orang yang memiliki pengaruh, wibawa, kompeten, atau paling berani.
“(Pemimpinnya) pasti akan ditunjuk. Itu sudah pasti, hanya belum saja, hanya belum saja,” ujar Ahmad.
Hingga saat ini BNPT belum melihat adanya indikasi kelompok teroris MIT menyerahkan diri. Ahmad mengimbau agar merela segera bertaubat dan menyerah ke pemerintah. Ia juga mengimbau agar anggota MIT yang tersisa beragama secara moderat dan tidak esktrem.
“Karena agama itu mewajibkan umatnya untuk bermoderat dalam menghadapi sesuatu, tidak boleh ekstrem,” kata Ahmad.
Sebelumnya, BNPT menyatakan tetap bertindak waspada terhadap serangan balasan MIT yang mungkin terjadi pasca kematian Ali Kalora dan Jaka Ramadhan.
Seperti dilansir CNNIndonesia, teroris yang memiliki paham takfiri (mengafirkan), cenderung bersikap reaktif, memiliki kebencian, dan memendam dendam.
“Karakter orang-orang radikal atau teroris ini kan reaktif, dia ingin dendam, ingin membalas. Itu pasti ada mereka, tapi kami sudah siap siaga untuk itu. Kami antisipasi segala sesuatunya dan kami berharap semoga tidak terjadi,” ujar Ahmad. (bas)