Medannewstv.com – Pasca banjir bandang yang menerjang Minahasa kemarin Senin (21/09/2021) BPBD Setempat mencatat 33 rumah terdampak banjir bandang yang menerjang Minahasa, Sebanyak 3 rumah turut dilaporkan hanyut. Selasa (21/09/2021)
Peristiwa cukup parah dengan ketinggian muka air berkisar 200 hingga 300 sentimeter. Pihak BPBD juga menyebutkan, banjir bandang tersebut membawa material-material kayu dan lumpur yang berasal dari pegunungan Manimporok. Adapun rincian rumah warga yang hanyut pasca banjir bandang tersebut merupakan, 1 unit rumah warga, 1 unit kios, dan 1 unit bengkel.
“Sedangkan di Ratahan Timur, banjir bandang berdampak pada rumah warga 17 unit dan balai 1,” jelas Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Selasa (21/9).
Abdul mengatakan, pasca kejadian tersebut petugas BPBD setempat telah melakukan upaya penanganan darurat dengan menyiagakan tim reaksi cepat, salah satunya evakuasi warga dan kaji cepat di lapangan. BPBD juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam memastikan keselamatan warga yang terdampak di dua kecamatan tersebut.
“Selain itu, personel BPBD Kabupaten Minahasa Tenggara pun turut membantu penanganan darurat di wilayah terdampak,” ujarnya.
Berdasarkan analisis InaRISK, Abdul mengatakan Kabupaten Minahasa Tenggara memang termasuk wilayah dengan potensi banjir bandang dengan kategori sedang hingga tinggi. Setidaknya ada 10 kecamatan yang berada pada kategori tersebut, salah satunya Kecamatan Ratahan dan Ratahan Timur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini waspada potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang di sejumlah wilayah di Sulawesi.
Adapun wilayah yang termasuk di dalamnya merupakan Tomohon, Kotamobagu, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud.
“Memasuki husim hujan, masyarakat diharapkan dapat melakukan aksi dini, salah satunya melakukan saling berkoordinasi antara masyarakat yang berada di kawasan hulu dengan mereka yang berada di sisi hilir,” pinta Abdul.
Dilansir CNNIndonesia Koordinasi menurutnya dapat dilakukan dengan radio komunikasi dan dapat melibatkan organisasi masyarakat seperti RAPI atau Orari hingga penggunaan telepon seluler untuk menginformasikan kondisi hujan di kawasan hulu.
Langkah ini dinilai Abdul akan membantu warga yang berada di sekitar daerah aliran sungai untuk melakukan evakuasi sejak dini.
“BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk melakukan pelibatan berbagai organisasi dengan peran yang dimiliki untuk menginformasikan peringatan dini kepada masyarakat sehingga dampak korban jiwa dapat dihindari pada saat terjadi bencana,” pungkasnya.(bas)