Jokowi : Penyebab Banjir Kalimantan, Karena Rusaknya Daerah Tangkapn Hujan

Medannewstv.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) bicara soal banjir di Kalimantan. Jokowi mengatakan, banjir di Kalimantan akibat kerusakan daerah tangkapan hujan.

“Ya itu memang karena kerusakan catchment area, daerah tangkapan hujan yang sudah berpuluh-puluh tahun,” kata Jokowi usai meresmikan Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi 1- Ruas Serang – Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, yang disiarkan kanal YouTube Setpres, Selasa (16/11/2021).

Jokowi memastikan akan memperbaiki kerusakan daerah tangkapan hujan tersebut. Mulai tahun depan, kata dia, persemaian atau nursery akan dilakukan.

Sebagai informasi, nursery atau persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Persemaian ini bertujuan untuk mengurangi kematian tanaman akibat belum siap dengan kondisi lahan.

“Ya itu yang harus kita hentikan. Karena memang masalah utamanya ada di situ. Kapuas meluber karena daerah tangkapan hujannya rusak. Itu yang nanti kita perbaiki. Nanti akan mulai mungkin tahun depan kita bangun nursery, persemaian. Sehingga ada penghijauan kembali di daerah-daerah hulu, di daerah-daerah tangkapan hujan, di catchment area. Kita perbaiki. Karena memang kerusakannya ada di situ,” papar Jokowi.

Kondisi Banjir di Kalimantan
Kabupaten Sintang
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang menyebut debit air telah turun 10 sampai 15 centimeter pada Jumat (12/11). Sebanyak 12 kecamatan masih terdampak banjir karena meluapnya air Sungai Kapuas, dan Sungai Melawi. 12 kecamatan, antara lain Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Sintang, Sepauk, Tempunak, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Sei Tebelian dan Kelam Permai.

Sampai pada Sabtu (13/11) pukul 17.00 WIB, sebanyak 10.381 KK atau 33.221 jiwa masih mengungsi. Mereka berasal dari 9 kecamatan yang terdampak banjir sejak 21 Oktober 2021 lalu. Warga yang mengungsi tersebar di 32 pos pengungsian yang dioperasikan BPBD setempat.

Pos pengungsian tersebut didukung 24 dapur umum yang dioperasikan. Laporan BPBD menyebut, sejumlah pos pengungsian maupun dapur umum ini tersebar di 12 kecamatan, khususnya titik-titik yang aman dari genangan air. Sementara itu, jumlah populasi terdampak sebanyak 29.623 KK atau 88.148 jiwa.

Banjir di Sintang juga telah menelan sejumlah korban jiwa, dan jembatan rusak berat sebanyak 5 unit, dan rusak sedang 1 unit. Pemerintah daerah pun telah melakukan perpanjangan status tanggap darurat untuk bencana banjir, angin puting beliung dan tanah longsor hingga 16 November 2021.

Sementara, di Sekadau, Kalimantan Barat, banjir telah memasuki tiga pekan. Tak kunjung surut, ratusan kepala keluarga yang terdampak banjir ini pun selama itu pula bertahan di lokasi pengungsian di atas pemakaman, hingga Minggu (14/11).

Di dusun Sungai Asam, Desa Sungai Ayak I, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau, puluhan kepala keluarga terpaksa mengungsi di daratan tinggi di lokasi pemakaman disana.

Daratan pemakaman ini berada di bukit, berbeda dengan lokasi rumah mereka yang berada di tepian Sungai Kapuas yang telah terendam banjir hingga atap rumah. Warga mendirikan gubuk beratapkan terpal dan berdinding kayu, bahkan beberapa dinding gubuk hanya berupa karpet.

Pindah ke Dusun Entabuk, Desa Entabuk, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. Di lokasi ini, warga yang mengungsi ke lokasi pemakaman jumlahnya lebih banyak.

Di sepanjang sungai Kapuas yang melintasi Desa Entabuk, seluruh rumah warga sudah terendam banjir. Beberapa diantaranya hanya terlihat atapnya, dinding dan pondasinya tenggelam oleh banjir.

Sebanyak 25 kepala keluarga di Dusun Entabuk juga mendirikan gubuk beratapkan terpal di atas lokasi pemakaman.

Dilansir detikcom, banjir di Kalimantan diakibatkan hujan yang lebih ekstrem dari biasanya.

“Dan kedua memang ada hujan yang lebih ekstrem dari biasanya,” ungkap dia.(bas)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *